Laman

Translate

ORIGIN


agaimana Bhagavan Bhaiṣajyaguru meniti karier Kebodhisattvaan-Nya sebelum Ia mencapai Pencerahan Sempurna tercatat dalam beberapa sūtra yang dikutip komentar-komentar kuno, antara lain: A-hsiu-lo ching 《阿修羅經》 serta Shih-fang chu-fo  hsien-ch’ien (shou-chi) ching 《十方諸佛現前(授記)經》. (Sūtra-sūtra ini tidak terjumpaï dalam Tripiṭaka Tionghoa modern — barangkali memang belum pernah diterjemahkan seutuhnya ke bahasa Cina, atau pernah diterjemahkan tetapi kini telah hilang.)

Dalam A-hsiu-lo ching diceritakan bahwa pada masa lampau, di bawah Buddha Mahābhijñā Jñānābhibhū 大通智勝佛, untuk pertama kalinya Ia menanam akar kebaikan. Ketika itu Ia menjadi seekor kera yang mempersembahkan madu kepada Tathāgata Jñānābhibhū. Akibat perbuatan berjasa ini, maka dalam kehidupan berikutnya Ia terlahir di tempat Buddha Nirmāṇāgra 化生勝佛 sebagai seorang pangeran mahkota, putra dari Ratu Bhaga-nakṣatrī 分宿夫人, dan dapat meninggalkan rumah-tangga dengan nama Bhikṣu Madhura* 蜜羅比丘.

Selanjutnya pula, menurut Shih-fang chu-fo hsien-ch’ien ching, di zaman Buddha Nīlanāgāvabhāsa 青龍光佛 Ia menjadi Dharmauṣadhi 法藥. Tatkala sedang mengumpulkan obat-obatan di Gunung Dhīraparvata 提羅山, Ia bertemu dengan Buddha tersebut dan membangkitkan bodhicitta secara pasti untuk pertama kalinya. Pada asaṅkhyeyakalpa kedua, di hadapan Buddha Bhaiṣajyarāja 藥王佛 Ia mengangkat 12 ikrar agung-Nya (pūrvapraṇidhāna).

Kisah prediksi-Nya yang paling terkenal adalah saat Ia terlahir semasa Buddha Vidyutprabha 電光佛. Hal ini diceritakan oleh Buddha Śākyamuni sendiri:

“Jauh di masa lalu, melewati berkalpa-kalpa yang tidak terhitung, Dunia Sahā ini juga sedang mengalami rintangan berat dari lima kekeruhan (pañcakaṣāya), persis seperti keadaan di zaman-Ku kini. Saat itu terdapatlah seorang Buddha yang muncul di dunia, yang bernama Tathāgata Vidyutprabha. Beliau membabarkan Dharma Tiga Kendaraan demi mengajar semua makhluk. Waktu itu ada seorang brāhmaṇa yang membesarkan dua orang anak. Melihat kekacauan dalam dunia yang semakin merosot tersebut, ia pun memperteguh tekadnya untuk mencapai Bodhi dan berkata kepada Buddha itu:
‘Keadaan dunia sekarang saja bahkan seperti ini, apalagi kelak sesudah Bhagavan parinirvāṇa! Aku bertekad untuk menguntungkan semua makhluk, menolong mereka dari segala penderitaan, dan memberikan kebahagiaan.’

“Setelah mengucapkan perkataan ini, ia melepas jubah atas yang dikenakannya, dan mempersembahkannya kepada Buddha seraya berujar:
‘Aku akan mengajar dan merubah semua makhluk yang menderita di dunia; di tanah suci kelak tentulah aku akan mencapai Bodhi.’

“Buddha (Vidyutprabha) pun memuji kebaikannya. Kedua putranya juga memberi persembahan kepada Buddha dan mengucapkan tekad.

“Buddha (Vidyutprabha) selanjutnya berkata:
‘Karena engkau membangkitkan tekad belas kasih agung, hendak menguntungkan semua makhluk yang sakit berat, maka julukanmu akan berganti menjadi Raja Tabib 醫王. Kedua putramu juga memberi manfaat bagi semua makhluk, maka yang sulung akan bernama Pancaran Matahari 日照 dan yang bungsu akan bernama Pancaran Rembulan 月照.’

“Raja Tabib pada saat itu tidak lain ialah Tathāgata Bhaiṣajyaguru dari sebelah timur. Kedua putranya tidak lain ialah dua bodhisattva agung penerus posisi-Nya [sebagai Buddha berikutnya], yakni Bodhisattva Sūryavairocana dan Bodhisattva Candravairocana. Ketahuilah! Semenjak Buddha tersebut (Bhaiṣajyaguru) membangkitkan tekad, ikrar-Nya untuk menyelamatkan makhluk hidup berafinitas besar dengan tanah sini. Makhluk-makhluk di dunia ini (Sahā Lokadhātu) amatlah berjodoh dengan-Nya.”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar